DEWI JAHNAWI
Perjamuan di Sorgaloka
Ketika di Sorgaloka diadakan perjamuan bersar-besaran, raja Mahabisa yang dapat naik ke Sorgaloka karena sesajinya juga datang berkunjung. Dewi Gangga pun ikut hadir dalam perjamuan tersebut.Selagi pesta, tiba-tiba angin besar bertiup menyingkapkan pakaian Dewi Gangga. Para hadirin tertunduk supaya Dewi Gangga tidak malu. Namun, tidak demikian dengan raja Mahabisa. Hyang Brahma sangat murka melihat kelakuan raja Mahabisa, lalu menghukumnya turun ke dunia. Demikian pula Dewi Gangga. Tapi dijanjikan kepadanya bahwa ia akan lepas dari hukuman jika telah melepaskan amarahnya.Turunnya raja Mahabisa ke dunia ialah dengan menjelma menjadi putera raja Pratipa.
Setelah raja Pratipa bertemu dengan dewi itu, maka Baginda bertapa untuk memohon seorang putra kepada Dewa.
Raja Santanu Ditinggalkan Dewi Gangga, Istrinya, dan Kelahiran Bisma
Setelah menikah dengan Sang Putri, yang ialah Dewi Gangga, Raja Santanu memiliki putra-putra yang dilahirkan oleh Dewi Gangga. Namun, walau sudah 7 putra yang lahir, 7 putra itu pula yang telah dibunuh Dewi Gangga dan dibuang ke sungai. Raja Santanu hanya berdiam diri melihat apa yang dilakukan oleh Dewi Gangga karena mengingat sumpah yang telah diucapkannya sebagai syarat pernikahan dengan Dewi Gangga.Hingga pada suatu ketika putra ke 8 lahir dan Dewi Gangga hendak membunuhnya pula, Raja Santanu mulai mempertanyakan alasan Dewi Gangga membunuh keturunannya. Maka bersabdalah Raja Santanu dengan hati berdebar-debar : "Adinda, katakanlah siapakah engkau sebenarnya ? Dan mengapa engkau sampai hati membunuh putra-putra kita ? Kamu tentu berdosa besar kepada Dewa. "Permaisuri yang tidak lain Dewi Gangga menjawab, "Kakanda, janganlah takut. Putera kakanda ini tidak akan hamba bunuh. Tapi kenapa kakanda menanyakan hal ini ? Lupakah kakanda akan syarat perkawinan kita ? Dengan demikian, maka terpaksa hamba akan meninggalkan kakanda. Tapi sebelum itu, maka hamba akan bercerita mengapa hamba telah membunuh putera-putera sendiri. Ceritanya begini :Pada jaman dahulu, ada delapan orang wasu (golongan dewa) yang telah mencuri sapi kehormatan yang bernama Nandini, milik seorang Maharesi. Di antara mereka hanya satu orang, yaitu yang bernama Dyahu. Maharesi tersebut mengetahui perbuatan mereka dan berkata, "Hai para wasu, aku mohonkan kepada Dewa moga-moga kamu menjelma menjadi bayi manusia!"Mendengar itu mereka mohon ampun dan berjanji takkan mengulangi perbuatannya lagi. Sehingga oleh Dewa, mereka akan menjelma menjadi bayi manusia dan akan terbebas dari hukuman pada saat kelahirannya, kecuali Dyahu yang harus tinggal agak lama di dunia. Ke delapan wasu ini meminta kepada hamba untuk melahirkan mereka ke dunia jika hamba telah menjadi puteri manusia. Oleh karena itu hamba membunuh 7 putera hamba dengan membuangnya ke sungai yang merupakan penjelmaan dari 7 wasu yang memiliki dosa kecil, dan wasu yang terakhir Dyahu harus tinggal lebih lama lagi di dunia". Demikian cerita Dewi Gangga kepada Raja Santanu."... ya kakanda, hamba adalah Dewi Gangga, puteri Batara Janu", jelas Dewi Gangga.Setelah menceritakan segala sesuatunya, Dewi pulang ke kahyangan karena hukumannya juga telah usai. Bayi itu pun dibawa serta. Namun setelah bayi tersebut dewasa, diserahkan kembali kepada Raja Santanu dan diberi nama Bisma atau Dewabrata.Sejak kecil Bisma telah terlihat memiliki dasar watak pemberani, adil, pandai hukum, dan pandai pula menggunakan senjata perang.

Prabu Sentanu seorang raja di Hastinapura sebelum jaman Pandawa. la asal seorang pendeta dari negeri Talkanda, bergelar Resi. Prabu Sentanu seorang pemarah dan lekas naik darah. Pada waktu ia masih jadi pendeta di Talkanda ia ditinggal mati isterinya dan meninggalkan seorang anak bayi laki-laki bernama Dewabrata.
Karena itu Resi Sentanu meninggalkan negerinya, guna mencari seorang perempuan untuk menyusukan anaknya, sebab di negerinya tak ada seorang juga perempuan yang kuat menyusukan anaknya itu. Tetapi kepergian Sentanu itu sebenarnya adalah dengan niat akan -mencari lawan perang.
Setelah tiba di Hastinapura, anak Sentanu disusukan oleh permaisuri Prabu Palasara, yang sedang menyusui putranya juga, bernama Raden Abyasa. Kemudian dengan kekerasan Sentanu meminta permaisuri Hastinapurapura, Dewi Durgandini, akan jadi isterinya. Dengan seizin dewa terkabullah permintaannya itu. Maka Sentanu bertahta sebagai raja di Hastinapura.
Hal ini kalau ditilik dengan rasa lahir, titah Dewa itu tak adil, tetapi untuk Palasara malahan dapat diterimanya dengan tenang. Memang beginilah gambaran kesempurnaan rasa bathin, tak mudah diterima hanya dengan. pikiran yang mengenai duniawi saja.
Prabu Sentanu bermata kedondongan, hidung dan mulut sembada, berkumis. Bermahkota topong, berjamang tiga susun. Sunting waderan, berpraba. Kain bentuk bokongan raja.
Prabu Santanu Menikahi Dewi Gangga Tujuh Anak Dibuang ke Sungai, Kedelapan Devavrata |
Rishi Vyasa : (Bharata) setara dengan veda. Ini adalah suci dan agung. Bharata menganugrahkan kemasyuran dan kesejahteraan. Oleh karena itu, seseorang harus mendengarkan dan mempelajari dengan perhatian penuh. SANG gadis menyaksikan baginda yang kegemerlapannya berkobar melangkah berkeliling dengan gejolak hasrat yang besar. Gadis surgawi itu menggerakkan dirinya sendiri dan merasakan ada kasih sayang tertuju kepadanya. Ia memandang dan memandang, kemudian saling pandang lama dan terus-menerus terjadi di tepi sungai indah itu. Baginda dengan kata-kata yang halus kemudian menyapanya, ''O paduka yang berpinggang ramping, apa paduka seorang dewi atau putri Danava. Apa dari keluarga para Gandharva, Apsara, Yaksha, naga, atau paduka asli manusia? O paduka yang cantik surgawi, hamba minta paduka menjadi istri hamba!'' Sang gadis mendengarkan kata-kata halus dan manis itu dari baginda yang tersenyum. Gadis itu mengingat janjinya kepada para Vasu lalu menjawab. Dengan roman muka tidak bersalah, sang gadis mengirimkan getaran kesenangan ke dalam hati yang diekspresikan pada setiap kata yang ia ucapkan, ''O baginda, hamba akan menjadi istrimu dan mematuhi peritah-perintahmu. Tetapi, O baginda, paduka harus tidak mencampuri apa pun yang hamba lakukan, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan. Mohon jangan berkata yang tidak menyenangkan kepada hamba. Selama paduka berkelakuan baik hamba berjanji hidup bersama paduka. Tetapi hamba pasti akan meninggalkan paduka pada saat paduka mencampuri atau berbicara dengan kata-kata yang tidak menyenangkan hamba.'' Sang raja menjawab, ''Terjadilah demikian.'' Kemudian sang gadis mendapatkan raja yang sangat baik itu, manusia paling utama dalam keluarga Bharata sebagai suaminya. Keduanya menjadi sangat gembira. Prabu Santanu mendapatkan Dewi Gangga sebagai istrinya, menikmati kesenangan yang luar biasa. Komit akan janjinya, baginda menahan diri untuk tidak bertanya apa-apa kepadanya. Penguasa bumi ini, Santanu, menjadi sangat disenangkan dengan tingkah lakunya, kecantikan, keluhuran budi, dan perhatiannya sehingga muncul kesenangan-kesenangannya. Dewi Gangga yang mempunyai tiga jalan -- yang berhubungan dengan surga, bumi dan bawah tanah itu -- mendapatkan wujud manusia dengan corak kulit yang indah. Dia dilengkapi kecantikan surgawi. Gangga hidup berbahagia sebagai istri Santanu. Dia mendapatkan buah dari hasil perbuatan baiknya, ia beruntung mendapatkan Santanu sebagai suaminya, macan di antara raja-raja itu. Dalam kemegahannya Santanu setara dengan Indra sendiri. Gangga dapat menyenangkan baginda dengan penampilannya yang menarik, rasa kasih sayang, rayuan, cintanya, musik dan tariannya, Prabu Santanu sendiri menjadi senang tak terkira. Baginda menjadi begitu bergairah dengan istrinya yang cantik ini. Bulan, musim, tahun-tahun bergulir tanpa kesadaran atas mereka. Selama menikmati dirinya sendiri dengan istrinya, baginda telah mempunyai delapan anak yang dilahirkan dalam ketampanannya seperti makhluk surgawi itu sendiri. Tetapi, anak-anak itu, satu per satu, segera setelah mereka lahir, dilemparkan ke dalam Sungai Gangga, ''Ini untuk kebaikan paduka.'' Sang anak tidak muncul kembali. Baginda, bagaimana pun merasa tidak senang dalam hati dengan perlakuan Gangga ini. Tetapi baginda tidak berkata sepatah pun tentang hal itu agar sang istri tidak meninggalkannya. Tetapi ketika anak kedelapan lahir, seperti biasa istrinya hampir melemparkan sang bayi dengan senyum ke dalam sungai. Namun, baginda dengan roman muka yang berduka, ingin menyelamatkannya dari kehancuran. Baginda menyapanya, ''Jangan dibunuh! Siapa paduka ini dan punya siapa? Kenapa paduka membunuh anak-anakmu sendiri? Wanita membunuh putra-putranya beban dosamu tinggi!'' Disapa demikian istrinya menjawab, ''O paduka yang menginginkan keturunan. Baginda menjadi yang pertama dari mereka yang mempunyai anak-anak dariku. Hamba tidak akan membunuh putra paduka ini. Tetapi sesuai dengan kesepakatan kita, waktu tinggalku bersama paduka telah berakhir. Hamba adalah Gangga, putri dari Jahnu. Hamba selalu didoakan oleh orang bijaksana yang hebat. Hamba telah tinggal bersama paduka demikian lama untuk menyelesaikan maksud-maksud suci ini. Delapan Vasu yang terkenal yang dilengkapi dengan energi yang luar biasa mendapat wujud manusia telah lahir akibat kutukan Brahmarishi Vasishtha. Di bumi ini selain paduka, tidak ada seorang pun yang mendapat kehormatan menjadi ayah mereka. Tidak ada seorang wanita pun kecuali orang seperti hamba, makhluk surgawi yang berwujud manusia, layak menjadi ibu mereka. Hamba mendapat wujud manusia untuk melahirkan mereka. Baginda juga telah menjadi ayah delapan Vasu, yang mendapatkan banyak daerah dengan kebahagiaan abadi. Itu juga telah disepakati oleh hamba sendiri dan para Vasu. Bahwa hamba akan membebaskan mereka dari wujud manusia segera setelah mereka lahir di dunia. Dengan demikian, hamba telah membebaskan mereka dari kutukan Rishi Apava. Terberkatilah paduka. Hamba akan meninggalkan paduka, O baginda! Tetapi paduka taruh di belakang urusan anak ini, yang taat pada sumpahnya. Hamba telah demikian lama tinggal dengan paduka adalah karena janji yang hamba buat dengan para Vasu. Biarlah anak ini dipanggil Gangadatta.'' Sang Dewi kemudian menghilang ke arah sana. Dengan membawa bayinya, ia pergi ke daerah di mana ia suka. Putra Santanu itu diberi nama baik Gangeya maupun Devavrata. Kepribadiannya melampaui ayahandanya dalam semua kesempurnaan. Setelah istrinya menghilang, Prabu Santanu kembali ke ibu kotanya dengan hati yang sangat berduka. Prabu Santanu, yang sangat dihormati para dewa dan raja-raja yang bijaksana, sangat terkenal di seluruh dunia. Santanu tersohor karena kebijaksanaan, kebajikan dan kebenarannya bicara. Tingkat pengendalian dirinya, kebebasan, pemaaf, kecerdasan, kerendahan hati, kesabaran dan energi yang tinggi selalu ada pada banteng di antara manusia itu. Prabu Santanu, manusia hebat yang dilengkapi dengan kesempurnaan-kesempurnaan. Sejak kecil Santanu paham dengan agama. Pahala baginda akibat tapa, segera menjadi pelindung keluarga Bharata dan semua umat manusia. Lehernya ditandai dengan tiga garis seperti terompet kerang; bahunya lebar. Dalam keberaniannya, baginda setara dengan gajah yang sedang marah. Kelihatannya semua tanda yang menguntungkan ada dalam dirinya. Orang-orang, melihat kelakuan baginda itu sempurna luar biasa. Dia sadar kebajikan selalu lebih tinggi dari kesenangan dan keuntungan. Ini adalah sifat-sifat yang tinggal pada manusia hebat itu banteng di antara manusia itu Santanu. Dan, sungguh-sungguh bahwa tidak pernah ada raja seperti Santanu. Semua raja di bumi yang taat pada kebenaran memberikan gelar raja di raja kepada orang bijak yang terkemuka itu. Pelindung keluarga Bharata ini melindungi keluarga dan raja-raja di bumi dengan hidup tanpa kesengsaraan, ketakutan dan kekhawatiran. Maka semua dapat tidur dengan damai, setiap pagi bangun dari tempat tidur setelah bermimpi bahagia. Dipimpin raja yang dengan kesempurnaan yang baik setara dengan Indra sendiri dalam energi, semua raja di bumi menjadi baik dan taat kepada kebebasan, tindakan keagamaan dan upacara kurban. Raja-raja menyukai baginda, akibatnya pahala keagamaan dalam setiap golongan meningkat dengan pesat. Para Kshatriya melayani para Brahmana; para Vaisya melayani para Kshatriya, dan para Sudra menghormati para Brahmana dan para Kshatriya, melayani para Vaisya |
Leave a Message